Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
1.
Masyarakat Perkotaan, Aspek – Aspek Positif & Negatif
1.1 Pengertian
Masyarakat
Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah
sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya,
dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam
kelompok tersebut. Kata “masyarakat” berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti
yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang
interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan
lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok
individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat (yang
diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah
antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut. Kata
“masyarakat” berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti yang lebih luasnya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen
atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada
umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur.
1.2 Syarat –
syarat menjadi masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria
yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa disebut sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang
anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat
dari kelahiran / reproduksi manusia.
1.3
Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban
community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
1.4 2 Tipe Masyarakat
1. Masyarakat paksaan, misalnya Negara,
masyarakat tawanan, dan lain-lain
2. Masyarakat merdeka, yang terbagi dalam :
a. Masyarakat nature,
yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti gerombolan, suku, yagn
bertalian dengan hubungan darah atau keturunan
b. Masyarakat kultur,
yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan,
misalnya koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sabagainya
1.5 Ciri –
ciri Masyarakat Kota
- Kehidupan keagamaan berkurang
bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.\
- Orang
kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantungPada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan
atau individu.
- Pembagian
kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
- Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari
pada warga desa.
- Interaksi
yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari
pada faktor pribadi.
- Pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu.
- Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh dari luar.
1.6
Perbedaan Desa dan Kota
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam
masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh
dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara
masya-rakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik
tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi
sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan
kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
1.7 Masyarakat Pedesaan
1).Perilaku homogen
2).Perilaku yang
dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku yang
berorientasi pada tradisi dan status .
4).Isolasi sosial,
sehingga statik
5).Kesatuan dan keutuhan
kultural
6).Banyak ritual dan
nilai-nilai sakral
7). Kolektivisme
1.8 Masyarakat
Kota
1). Perilaku heterogen
2).Perilaku yang
dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan 3).Perilaku yang
berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga
dinamik
5).Kebauran dan
diversifikasi kultural
6).Birokrasi fungsional
dan nilai-nilaisekular
7).Individualisme
1.9 Hubungan
Desa dan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua
komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang
wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan,
karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging
dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi jenis jenis
pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam proyek proyek
perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang pertanian
mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat
untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.“Interface”, dapat diartikan
adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan,
nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi,
pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain
sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.Hubungan
kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena
itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
Secara teoristik, kota merubah atau paling
mempengaruhi desa melalui beberapa caar, seperti: (i) Ekspansi kota ke desa,
atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil
kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan perkotaan dengan besaran dan
kecepatan yang beraneka ragam; (ii) Invasi kota , pembangunan kota baru seperti
misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi
perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan
perkotaan; (iii) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai
kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (iv) ko-operasi
kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke
kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak danorang
kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah
berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan
dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
1.9 Salah
satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
a). Urbanisasi dan Urbanisme
Dengan adanya hubungan Masyarakat Desa dan Kota
yang saling ketergantungan dan saling membutuhkan tersebut maka timbulah
masalah baru yakni ; Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari
desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses
terjadinya masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
1.10 Aspek – aspek
positif dan negatif masyarakat kota
- Bertambahnya penduduk sehingga
tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian
- Terdesaknya
kerajinan rumah di desa oleh produk industri modern.
- Penduduk
desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang
ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
- Didesa
tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
- Kegagalan
panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama,
kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari
penghidupan lain dikota.
1.11 Hal – hal yang
termasuk pull faktor antara lain :
- Penduduk
desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah
untuk mendapatkan penghasilan
- Dikota
lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi
industri kerajinan.
- Pendidikan terutama pendidikan
lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
- Kota dianggap mempunyai tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala
macam kultur manusianya.
- Kota
memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat
atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah.
1.12 5 Unsur lingkungan
perkotaan
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan
perkotaan,Seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi
Wisma
: unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat
berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan
kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini menghadapkandapat
mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan
kebutuhan penduduk untu masa mendatangmemperbaiki keadaan lingkungan perumahan
yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan
memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
Karya
: unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena
unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
Marga
: unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan
hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan
antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
Suka
: unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
Penyempurna : unsure ini
merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat
tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan,
fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
1.13 Fungsi External
Kota
Di pihak lain kota mempunya juga peranan/fungsi
eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka
wilayah atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala
regional maupun nasional. Dengan pengertian ini diharapkan bahwa suatu
pembangunan kota tidak mengarah pada suatu organ tersendiri yang terpisah
dengan daerah sekitarnya, karena keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
2.
Masyaralat Pedesaan
2.1
Pengertian Desa
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat pedesaan
ditandai dengan kepemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa,
yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya.
2.2 Ciri –
ciri desa
- Kehidupan
masyarakatnya sangat erat dengan alam.
- Pertanian
sangat bergantung pada musim.
- Desa
merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja.
- Struktur
perekonomian bersifat agraris.
- Hubungan
antarmasyarakat desa berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat
(gemmeinschaft).
- Perkembangan
sosial relatif lambat dan sosial kontrol ditentukan oleh moral dan hukum
informal Norma agama dan hukum adat masih kuat.
2.3 Ciri –
ciri masyarakat pedesaan
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga
seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai
masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masarakat
desasebagai berikut :
Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan
kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan
perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
Orientasi kolektif sifat ini merupakan
konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak
suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya
semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal
yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah
tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau
sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja,
tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau
keturunan.(lawanya prestasi).
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak
jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan
eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan
sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada
desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
2.4 Macam –
macam pekerjaan gotong royong
a.
kerja bakti dalam memberdohkan lingkungan pedesaan
b.
gotong-royong memperbaiki jembatan atau jalan raya
c.
gotong royong dalam membuat rumah
d.
gotong royong apabila tetangga ada yang hajjatan.
2.5 Sifat
dan hakikat masyarakat pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber
bahwa masyarakat In¬donesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata
pencarian yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya
dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai
masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga
oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala
kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikir.Maka tidak jarang orang
kota melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka
ke luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi
sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat
masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat
gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan
orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan
damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.Tetapi sebenarnya di dalam
masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam gejala, khususnya hal ini
merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan
ketegangan-ketegangan sosial.
2.6 Unsur –
unsur desa
- Daerah/wilayah
yang merupakan tempat tinggal dan tempat beraktivitas.
- Penduduk
adalah terkait dengan kualitas dan kuantitas
- Tata
kehidupan atau aturan–aturan yang berhubungan langsung dengan keadaan
masyarakat dan adat istiadat setempat.
2.7 Fungsi
desa
- Desa sebagai hinterland
(pemasok kebutuhan bagi kota)
- Desa
merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
- Desa
merupakan mitra bagi pembangunan kota
- Desa sebagai bentuk
pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
2.8
Perbedaan masyarakat perkotaan dan pedesaan
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban
community). Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam
masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh
dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual.Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan
masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri.
Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur
serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula.
2.9
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Perbedaan Kepentingan, Prasangka dismkriminasi dan ethnosentris
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya
tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk
memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan
hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya,
maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi
kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya, dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan
cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan
pemenuhan dari kepentingan tersebut.
Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang
yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka
dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan
kepentingan itu antara lain berupa:
1.
kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang
2.
kepentingan individu untuk memperoleh harga diri
3.
kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4.
kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5.
kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain
6.
kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7.
kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8.
kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu
ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi
atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak
yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya
kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau
penguasa sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan
sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan
terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu:
1.
Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman
2.
Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju. Fase dis-integrasi ini
memiliki tahapan
(Menurut Walter W. Martin dkk):
·
Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
·
Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
·
Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
·
Sanksi sudah menjadi lemah
·
Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2.10 Pertentangan dan
ketegangan dalam masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung suatu
pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang
dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar
konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari
situasi konflik yaitu :
· Terdapatnya dua atau
lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik.
- Unti-unit tersebut
mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasa
- Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut
- Konflik merupakan suatu tingkah
laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan
dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa
lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang
luas yaitu masyarakat.
- Pada taraf di dalam diri
seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian,
atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang.
· Pada taraf kelompok,
konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
· Pada taraf
masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan
norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang
bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta
minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
- Elimination; yaitu pengunduran
diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan :
kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami
sendiri.
- Subjugation atau domination,
artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa
orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
- Majority Rule artinya suara
terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa
mempertimbangkan argumentasi.
- Minority Consent; artinya
kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama.
- Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang
telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
- Integration; artinya
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan
bagi semua pihak.
2.11 Golongan – golongan
dalam masyarakat dan integrasi sosial
Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang
majemuk, msyarakat majemuk itu di persatukan oleh sistim nasional negara
indonesia.aspek” kemasyarakatann yang mempersatukannya antara lain :
· Suku bangsa dan
kebudayaannya
Agama
Bahasa
· Nasional Indonesia
Masalah besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi
antara 1 dengan yang lainnya. masyarakat” yang ada di indonesia mereka tetap
hidup berdampingan pada kemajemukannya, berikut adalah beberapa variabel yang
dapat menghambat integrasi :
- Klaim/Tuntutan penguasaan atas
wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya.
- Isu asli tidak asli berkaitan
dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara indonesia asli
dengan keturunan lain.
- Agama, sentimen agama dapat di
gerakkan untuk mempertajam kesukuan.
- Prasangka yang merupakan sikap
permusuhan terhadap seseorang golongan tertentuk.
Dalam hal ini
masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel
yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk
menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan.
misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi
perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan
bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan
variabel-variabel yang ada di atas tadi.
2.12 Integrasi sosial
pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi
kesatuan yang utuh dan bulat Integrasi sosial adalah proses penyesuaian
unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.
Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa,
kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya.
Sumber Referensi :
http://sosialsosiologi.blogspot.com/2012/12/definisi-masyarakat.html
http://celoteh-galang.blogspot.com/2012/11/masyarakat-pedesaan-masyarakat-perkotaan.html
https://rizmabunga.wordpress.com/2014/11/16/tugas-softskill-ilmu-sosial-dasar-tugas-7-masyarakat-perdesaan-perkotaan/
http://sosiologikita166.blogspot.co.id/2012/12/integrasi-sosial.html
http://galih-rizki95.blogspot.co.id/2014/11/tugas-ilmu-sosial-dasar-3.html
http://rinesaa.blogspot.com/2012/11/klasifikasi-desa.html